Looking for something ?

VGA Baru, Murah Meriah, Berkualitas dan bertenaga

Written By Vapor Voyager Saputra on 12 Januari 2011 | Rabu, Januari 12, 2011


HD 5800, serta GTX 400 dan kawan-kawan memang dahsyat. Akan tetapi tahukah Anda bahwa penguasa sebenarnya dunia VGA bukanlah mereka-mereka yang serba menyilaukan mata dan menggetarkan hati ini? Selagi VGA high end bertarung memperebutkan gelar “yang tercepat”, persaingan sesungguhnya justru terjadi di kelas menengah. Tidak seperti segmen high-end yang pangsa pasarnya kecil, segmen mainstream-low end dapat dikatakan sebagai pangsa terbesar pasar VGA. Tidak heran jika NVIDIA dan ATI juga berlomba-lomba mengeluarkan produk untuk menarik perhatian calon pembeli di segmen ini. Persaingan tersebut berbuah manis bagi para konsumen. Saat ini, Anda dapat menemukan banyak VGA mainstream-low end berkualitas yang dibanderol dengan harga terjangkau. Mana yang cocok untuk Anda? Simak artikel berikut ini!

Dalam beberapa bulan terakhir, baik ATI maupun NVIDIA meluncurkan banyak varian chipset grafis untruk merebut pangsa pasar mainstream-low end. Maklum, VGA dari kelas mainstream-low end adalah jenis yang paling banyak terjual di dunia, tak terkecuali Indonesia. Banyaknya angka penjualan berimbas pada ragam produk dan merk yang sangat banyak pula. Karena itu, untuk menyederhakan pengujian sekaligus memudahkan Anda memilih, kita akan melihat pilihan yang tersedia berdasarkan range harga VGA dan chipset (GPU) yang digunakannya.
Kisaran harga yang menawarkan keseimbangan price-performance yang paling menarik di segmen mainstream-low end mungkin berada pada range harga Rp 600.000-Rp 1.200.000. Mengapa? Pertimbangannya sederhana saja. Di pasaran saat ini, di bawah harga Rp 600.000 Anda hanya akan menemukan VGA dengan chipset tua yang sudah tidak layak tempur, terlalu loyo untuk medan perang grafis di masa kini. Sedangkan selisih harga VGA dengan harga di atas harga Rp 1.200.000 terlalu tinggi untuk perbedaan kinerja yang tidak seberapa.
Sebagai tambahan, range harga tersebut saat ini banyak diisi oleh produk-produk VGA dengan GPU baru yang cukup kencang tetapi hemat daya. Mayoritas VGA baru ini sudah tidak lagi memerlukan pasokan listrik tambahan dari konektor 6-pin PCI-Express. Inilah kelebihan utama mereka dibandingkan generasi sebelumnya. Daripada membeli VGA lama yang boros listrik, lebih menguntungkan jika uang dengan jumlah yang sama dibelanjakan untuk VGA baru yang lebih cepat, lebih up-to-date, dan lebih hemat daya. Karena itu, kami menfokuskan pengujian pada VGA dengan chipset baru. Berdasarkan kriteria range harga dan aktualitas serta efisiensi daya produk tersebut, ada beberapa chipset VGA yang termasuk dalam kategori ini, yaitu:
  1. GeForce GT 220 dengan RAM GDDR3, kisaran harga: Rp 600-700 ribu.
    Chipset ini adalah GPU pertama dari NVIDIA yang dibuat dengan proses fabrikasi 40nm. GT 220 memiliki 2 pilihan kombinasi memori: DDR2 dan GDDR3. Anda dapat menemukan VGA GT 220 yang menggunakan DDR2 atau GDDR3 di pasaran, jadi hati-hatilah, jangan sampai terkecoh. Kami memilih varian GDDR3 karena kinerjanya berada cukup jauh di atas varian denga DDR2, untuk selisih harga yang relatif hanya sedikit (tidak sampai Rp 100.000).
  2. 2GeForce GT 240 dengan RAM GDDR3, kisaran harga: Rp 800 ribu -1 juta
    Sama dengan “adiknya”, GT 240 juga dibuat dengan menggunakan proses fabrikasi 40nm. Ia juga memiliki beberapa pilihan jenis memori yang berbeda, yaitu DDR3, GDDR3, dan GDDR5. Alasan kami mendiskualifikasi varain dengan memori DDR3 sama seperti sebelumnya, yaitu selisih kinerja yang terlalu kecil untuk menjustifikasi perbedaan harga dengan jenis yang berada satu tingkat di atasnya.
  3. GeForce GT 240 dengan RAM GDDR5, kisaran harga: Rp 900 ribu-1,1 juta
    Varian GeForce GT 240 yang kelasnya paling tinggi datang dengan memori GDDR5. Walaupun kapasitas RAM-nya lebih kecil (512MB, dibanding 1GB pada varian DDR3/ GDDR3), kinerjanya cukup jauh berada di atas saudaranya yang dipersenjatai RAM GDDR3. Kapasitas RAM memang tidak mempengaruhi kinerja VGA. Dalam hal ini, kecepatan serta bandwidth RAM-lah yang menentukan.
  4. Radeon HD 4670, kisaran harga: Rp 700 ribu-900 ribu
    Chip Radeon seri HD 4670 memang tidak bisa dibilang baru, malahan cenderung sudah cukup berumur. Akan tetapi, harga yang terus turun membuatnya menjadi pilihan yang cukup menarik. Dari segi dukungan feature grafis dan efisiensi daya, ia masih sebanding dengan GeForce GT 220 dan GT 240. Apalagi, kinerjanya di kelas ini masih sanggup bersaing dengan chipset lainnya yang lebih baru.
  5. Radeon HD 5670 (1 GB GDDR5), kisaran harga: Rp 800 ribu-1,2 juta
    Ini dia si pendatang baru yang menggebrak dengan dukungan DirectX11dan kinerja relatif tinggi untuk kelas harganya. Kami memilih opsi HD 5670 dengan memori 1GB. Sebagai informasi, di pasaran tersedia juga varian dengan memori 512MB dengan selisih harga yang cukup jauh berbeda (di atas Rp 200.000).

Platform

Untuk mengadu kontestan-kontestan yang terjangkau tapi berkualitas ini, kami menggunakan kombinasi platform hardware dan software yang sama untuk semua VGA. Ini dilakukan agar Anda dapat dengan mudah membandingkan mereka dan membuat keputusan yang tepat. Berikut ini penjabaran lengkapnya:

Hardware

Motherboard: Gigabyte EP-45 UD3P (Intel P45)
Prosesor: Intel Core 2 Quad Q9650 (quad core, 3GHz)
Memori: Kingston HyperX DDR2-8500
Hard Disk: Western Digital Caviar 160 GB (7200RPM, 8MB cache, SATA II)
Power Supply: Coolermaster UCP-1100 watt
Input: Mouse & keyboard Genius
Sementara itu, untuk VGA pesertanya sendiri, kami memilih perwakilan dari berbagai macam merk. Perlu dicatat bahwa peredaan merk di sini semata hanya dikarenakan oleh alasan ketersediaan saja. Perbandingan yang sebenarnya terletak pada perbedaan chipset (GPU) yang digunakan oleh masing-masing VGA.
1. Pixelview GT 220 1GB GDDR3

The picture above is a courtesy of CHIP Magazine Indonesia
2. Sparkle GT 240 1GB GDDR3

3. Sparkle GT 240 512MB GDDR5

4. Digital Alliance HD 4670 1GB GDDR3

5. HIS HD 5670 1GB GDDR5

The picture above is a courtesy of www.vgadownload.com

Software

Operating System: Windows 7 Ultimate (32 bit)
Driver: Forceware 195.62 (GeForce) dan Catalyst 10.3 (Radeon)
Kecuali 3D Mark Vantage, kami melakukan pengujian pada resolusi Full-HD, yaitu 1920×1080 tanpa Anti-aliasing dan Anisotropic Filtering. Mengapa setinggi itu? Pertama, agar selisih kinerja lebih terlihat. Harus diakui, pasti terjadi bottleneck yang berpotensi memukul rata kinerja VGA. Namun, berdasarkan pengalaman kami, bottleneck itu tidak akan membuat perolehan nilai VGA menjadi sama antara satu dan yang lainnya. Sebaliknya, seperti yang akan Anda lihat di pengujian, “puncak” kinerja VGA dan perbedaan kinerja di antara mereka justru akan lebih terlihat. Alasan kedua, semua VGA yang diikutsertakan di sini memang ditujukan untuk penggunaan multimedia pada monitor dengan resolusi high-definition, yang belakangan harganya sudah semakin terjangkau. Kami ingin memperlihatkan bagaimana VGA menjalankan game pada resolusi native dari monitor full-HD (1920×1080) yang telah atau akan Anda miliki.
Kami menguji dengan menggunakan game, karena software game mampu memeras setiap tetes tenaga yang tersisa dari VGA Anda. Artinya, game dapat memperlihatkan dengan jelas perbedaan kinerja di antara VGA. Di samping itu, semua VGA dalam pengujian ini sudah terbukti mampu menjalankan konten multimedia dengan lancar, termasuk jenis High-Definition, tanpa membebani sistem.

Hasil Pengujian

3D Mark Vantage


3D Mark Vantage adalah benchmark sintetis yang mampu mengukur kinerja graphics card untuk keperluan gaming. Software ini cukup berguna untuk melihat kinerja keseluruhan sistem. Kami melakukan pengujian dengan setting default (resolusi 1280×1024). Skor yang Anda lihat adalah P-Score yang menggabungkan CPU dan GPU score. Perlu diingat bahwa, di pengujian ini, VGA GeForce memiliki keunggulan nilai berkat feature PhysX yang mendongkrak CPU score, sehingga meghasilkan P-score yang lebih tinggi pula jika dibandingkan dengan VGA Radeon.
Dari hasil pengujian terlihat dominansi VGA yang berharga lebih dari 1 juta, yaitu GeForce GT 240 dan Radeon HD 5670. Tidak mengherankan, tentu saja. Yang menarik justru selisih antara GT 240 yang dilengkapi GDDR3 dan saudaranya, GT 240 dengan GDDR5. Perbedaan jenis memori tersebut ternyata berujung pada kesenjangan kinerja yang cukup besar. Versi GDDR5 lebih cepat sekitar 35% daripada varian GT 240 yang hanya dilengkapi GDDR3, meskipun keduanya memiliki GPU yang sama dan berasal dari produsen yang sama pula (Sparkle). Sementara, selisih harganya cukup kecil (sekitar Rp 100 ribu, atau tak lebih dari 12% saja).

Crysis


Sebenarnya agak kurang adil jika kelima VGA ini dibuat berhadapan dengan Crysis. Siapa pula yang tak mengenal game ini? Dari sejak pertama kali diluncurkan tiga tahun lalu, “kekejaman” Crysis sudah tersohor. Sampai sekarang pun, ia masih sanggup menekuk VGA dari generasi terbaru. Namun, kami punya pertimbangan lain. Cryis dibuat dengan menggunakan CryEngine 2 yang sangat bergantung pada kinerja VGA. Alhasil, ia mampu menunjukkan performa VGA dengan pengaruh sistem yang minimal.
Kami menyetel semua slider tampilan pada setting “high”, dan menjalankan timedemo CPU yang disediakan di dalam game. Hasil yang diambil adalah angka average FPS yang tertinggi dari empat kali pengujian.
Hasilnya ternyata tak jauh berbeda dari dugaan awal kami. Agak kecewa juga sebenarnya, karena kami berharap paling tidak salah satu kontestan mampu menghasilkan frame rate yang playable. Ternyata, bahkan Radeon HD 5670 sekalipun tidak mampu menjalankan Crysis pada resolusi full-HD dengan mulus. Agaknya Anda harus membayar sedikit lebih mahal untuk dapat memainkan game seberat Crysis pada resolusi ini. Sebagai informasi, kami sudah mencoba mejalankan Crysis dengan HD 5670 di sistem yang jauh lebih kencang (core i7 975), tetapi rupanya ia memang sudah membentur batas pada angka seperti tertera di grafik. Sedikit berbeda dengan 3D Mark Vantage, Radeon HD 4670 kali ini unggul tipis atas GeForce GT 240 GDDR3 yang tidak lagi terbantu oleh feature PhysX-nya.

Left 4 Dead


Game ini dibuat dengan engine Source (dari Half-Life 2) yang bahkan lebih tua dari CryEngine 2 milik Crysis. Akan tetapi, game ini masih cukup relevan karena engine-nya terhitung cukup banyak dipakai oleh berbagai judul game yang masih dimainkan, termasuk Left 4 Dead 2 yang muncul baru-baru ini. Berbeda dengan Crysis, dari segi karakter, engine game ini lebih bergantung pada kinerja sistem daripada VGA. Kami menyetel semua setting tampilan pada posisi maksimal, dan menjalankan timedemo buatan sendiri yang didesain untuk memberikan beban maksimal pada VGA untuk benchmarking.
Game ini membuahkan hasil yang cukup menggembirakan. Setidaknya untuk game yang sudah cukup berumur, semua kontestan mampu menghasilkan frame rate yang relatif nyaman untuk bermain. GeForce GT 220 tertinggal cukup jauh, yaitu sekitar 50% di belakang saingan terdekatnya dalam hal kinerja, GT 240 GDDR3. Radeon HD 5670 mampu memberikan frame rate hampir dua kali lipat dari GeForce GT 220, sepadan dengan harganya yang juga mencapai hampir dua kali lipat harga VGA yang berada di posisi buncit itu.

Resident Evil 5


Kali ini kita beralih ke pengujian dengan game yang lebih baru. Resident Evil adalah seri game survival horror yang populer di console. Seri ke-5 game ini juga dirilis untuk platform PC, dan cukup seru untuk dimainkan. Engine yang digunakan juga dirancang matang untuk komputer, dengan dilengkapi optimalisasi multi-core processor. Hasilnya, ia mampu memadukan kinerja sistem dengan VGA secara seimbang. Untuk pengujian ini, kami menggunakan mode DirectX 10 dan memaksimalkan semua setting tampilan.
Ternyata, hampir semua VGA menghasilkan skor yang cukup untuk bermain dengan mulus (di atas 30FPS). Hanya GT 220 yang lagi-lagi tertinggal cukup jauh di belakang. Namun, hal ini bisa dimaklumi karena harganya memang paling terjangkau di antara semua VGA peserta. VGA Radeon tampak bersinar di sini. HD 4670 berhasil menempel cukup dekat dengan GT 240 GDDR5, sementara HD 5670 melesat di depan dengan 53,6 FPS, sekitar 25% lebih tinggi dari VGA di urutan kedua dalam hal kecepatan, GeForce GT 240 GDDR5. Tanpa PhysX, GT 240 GDDR3 lagi-lagi tampil di belakang HD 4670, si gaek yang ternyata masih lumayan bertenaga dibanding pesaing-pesaingnya yang lebih baru.

Batman: Arkham Asylum


Satu lagi game yang lebih modern. Batman: Arkham Asylum adalah game action-adventure yang dibuat menggunakan engine Unreal 3 yang banyak dipakai oleh game-game modern lainnya. Mirip dengan Crysis, engine ini lebih bergantung pada kinerja VGA daripada performa sistem secara keseluruhan. Untuk menguji, kami menyetel semua setting tampilan pada posisi maksimal dan me-non aktifkan feature PhysX. Pengujian dilakukan dengan opsi benchmark yang terdapat di dalam game.
Ternyata, walaupun tanpa menjalankan PhysX, game ini berjalan lebih kencang di VGA berbasis GPU NVIDIA GeForce. Ini sifat yang lumrah untuk game dengan engine Unreal 3, karena engine yang bersangkutan memang dioptimalisasi untuk GeForce. GeForce GT 240 GDDR5 dan Radeon HD 5670 tampil cemerlang, jauh meninggalkan peserta lainnya di belakang. Lagi-lagi HD 5670 berjalan dua kali lebih cepat dari GT 220. Selisih antara GT 240 GDDR3 dengan saudaranya yang dilengkapi GDDR5 juga terlihat besar, sekitar 40%. Padahal, seperti yang sudah disinggung sebelumnya, beda harga antara kedua varian tersebut relatif tipis.

Sebelum kita beralih ke bagian kesimpulan, perlu kami tekankan di sini bahwa setiap VGA peserta berada dalam kelasnya masing-masing. Radeon HD 5670, misalnya, tidak bisa dibandingkan head-to-head dengan GeForce GT 220 karena harganya memang berbeda jauh. Untuk memudahkan Anda memilih, kami mengelompokkan kemungkinan pilihan dalam beberapa kategori, yang disusun berdasarkan harga dan kemungkinan tujuan penggunaan.

WHAT FOR WHO, WHY
(YANG MANA UNTUK SIAPA DAN MENGAPA)

  1. Kelas VGA Low-end (kurang dari atau sama dengan Rp 700 ribu)
    Geforce GT 220 adalah satu-satunya kontestan yang berada dalam kelas harga ini. Apabila dilihat dari diagram-diagram pengujian di atas, alasannya tentu sudah terang benderang. Harga terjangkau GT 220 harus ditebus dengan performa yang terbatas. Akan tetapi, apakah itu berarti si juru kunci ini tak pantas dipilih? Sama sekali tidak! Walaupun kemampuan gamingnya pas-pasan, GT 220 mampu menjalankan konten multimedia apapun dengan lancar, termasuk film Full-HD, tanpa masalah. Karena itu, VGA ini cocok buat Anda yang ingin membangun PC multimedia, atau komputer yang akan digunakan untuk general tasks sehari-hari seperti mengetik dan browsing. Untuk PC dengan tujuan penggunaan seperti ini, tentu VGA yang lebih mahal atau kencang akan terasa mubazir dan memang percuma saja karena kemampuannya tak akan terpakai.
  2. Kelas VGA Mainstream-Lower end (Rp 700 ribu –Rp 1 juta)
    Setingkat di atas, kita menjumpai Radeon HD 4670 dan GeForce GT 240 GDDR3. Kedua VGA ini sebenarya hanya berbeda tipis, baik dalam hal kinerja maupun harga. Dari sisi kinerja, keduanya boleh dibilang sebanding, dengan sedikit perbedaan di sana-sini. Dari sisi harga, HD 4670 tampak lebih menarik dengan selisih harga rata-rata Rp 100 ribu lebih murah dibanding GT 240 GDDR3. Apalagi GeForce GT 240 GDDR3 juga hanya berbeda sedikit dari saudaranya yang jauh lebih kencang, GT 240 dengan memori GDDR5. Namun, jangan lupakan dukungan feature PhysX dan CUDA yang dimiliki GeForce GT 240 GDDR3. Keduanya boleh jadi akan sangat membantu Anda dalam aktivitas sehari-hari, seperti ketika mengedit gambar atau video misalnya (dengan akselerasi CUDA). HD 4670 memang memiliki feature Stream dari ATI, tetapi implementasinya masih belum seluas CUDA, terlebih lagi aplikasi yang memanfaatkan Open CL juga belum banyak dirilis. Secara umum, kedua VGA ini cocok untuk aplikasi multimedia yang lebih berat, seperti editing video atau foto yang tersebut di atas. Mereka juga sudah memadai untuk bermain game yang tidak terlalu berat seperti game online yang banyak beredar di Indoenesia.
  3. Kelas VGA Lower Mainstream (Rp 900 ribu -sama dengan atau kurang dari Rp 1,2 juta)
    Dua peserta di peringkat teratas, Radeon HD 5670 dan GeForce GT 240 GDDR5, berada dalam kategori ini. Kecuali beberapa judul yang sangat menuntut, keduanya mampu menjalankan game-game terbaru dengan frame rate memuaskan. Cocok untuk pemain game yang mencari solusi VGA terjangkau. GT 240 GDDR5 juga cukup bertenaga untuk digunakan sebagai unit PhysX tandeman VGA utama Anda yang juga berasal dari NVIDIA.
Harga yang harus Anda bayar akan dikembalikan dalam bentuk kinerja ekstra. Dalam beberapa kasus, harga ekstra yang harus dibayar tidak seberapa dibanding besarnya keuntungan yang bisa diperoleh. GeForce GT 240 GDDR, sebagai contoh, cukup dibayar sekitar Rp 100 ribu lebih mahal dari GeForce GT 240 GDDR5, dan Anda akan mendapatkan performa yang kurang lebih 40% lebih tinggi daripada saudaranya tersebut. Jangan terkecoh dengan kapasitas memori varian GDDR3 yang lebih besar dibandingkan versi GDDR5 (1GB versus 512MB), karena seperti yang bisa Anda lihat di hasil pengujian, kapasitas memori tidak berpengaruh pada kinerja VGA di kelas ini, di resolusi tinggi dan setting maksimal sekalipun. Memadukan GT 240 dengan GDDR5 rupanya sama efektifnya dengan memasang baling-baling bermotor pada perahu dayung.
Ditambah dukungan PhysX dan CUDA, makin lengkaplah pesona GT 240 GDDR5. Tertarik? Tunggu dulu, cukup menambah sekitar Rp 100 ribu lagi, Anda bisa memperoleh HD 5670 yang lebih bertenaga dan dilengkapi dengan dukungan DirectX 11! Berdasarkan pemantauan kami, di pasaran juga tersedia varian Radeon HD 5670 dengan memori 512MB GDDR5 yang bahkan lebih terjangkau dari GeForce GT 240 GDDR5.
***
Akhir kata, keputusan akhir tetap berada di tangan Anda sebagai konsumen. Walaupun kami membagi-bagi kemungkinan pilihan dalam beberapa kategori, tidak berarti semua golongan konsumen harus terkotak-kotak pula dalam kategori-kategori tersebut. Kebutuhan tiap orang pastilah berbeda-beda. Gunakan informasi pada artikel ini sebagai acuan dalam memilih. Ingatlah selalu, Anda lah yang paling mengetahui keadaan dan kebutuhan Anda sendiri. Kunjungi selalu JAGAT REVIEW untuk memperoleh sumber referensi hardware terbaik di Indonesia!

2 komentar:

Diego mengatakan...

Mantap reviewnya Bang Saputra...Kebetulan aku sempat tertarik pada semua jenis pilihan VGA diatas. 4670 sudah coba,tapi kejual.sekarang udah beli yng baru HIS 5670 DDR5 1GB..Cuma yg jadi masalah..kok maen game online seperti Pointblank kok patah2 hasilnya ya? Terutama saat gerakan menoleh ke kiri atau ke kanan, gambar terlihat putus-putus tidak smooth tampilannya. Sangat aneh mengingat kinerjanya paling tinggi dibanding jenis lain diatas..Saya sudah utak atik option Video di Catalyst, juga nurunkan kualitas grafik, namun hanya berpengaruh sedikit.Sebagai informasi Rig saya Intel Dual Core 5400 2,7GHZ, MB BIOSTAR 945GC M7,VGA HIS 5670 1GB, RAM 1GB DDR2,HDD SATA Seagate 250GB (3% badsector), Power Supply COUGAR 550watt (80+Bronze, OS WinXp SP2... Ada saran dari bang Saputra?

Vapor Voyager Saputra mengatakan...

mungkin masalahnya ada pada hardisnya...karena saya juga mengalaminya.... laptop saya intel core i5 vga ati mobility radeon 5730 patah2.... karena hardisk saya sudah bunyi...krek krek krek..

dan kadang juga osnya,.... coba di tune up atau install ulang....

padahal point blank itu game sekelas counterstrike... ringan sekali... intel hd4000 ja bisa main

Posting Komentar

Monggo di comment, insaallah di balas

Last Post

SiteCompInfo